SPSFBS_Kisruh antara sopir angkutan umum (mikrolet) trayek kampus unima dengan jasa transportasi online rupaya belum sepenuhya hilang dari benak para sopir mikrolet, kekecewaan sopir mokrolet rupanya tidak hanya kepada masalah mereka dengan transportasi online yang menurut mereka tidak mendapat jalan keluar yang jelas.
hal ini terlihat dari percakapan seorang sopir mikrolet dengan seorang mahasiswa, dalam percakapan singkat tersebut, sopir mikrolet menyayangkan sikap mahasiswa yang dinilainya kurang berpihak pada mereka (sopir mikrolet), keluhan seorang sopir mikrolet tersebut kemudian di ceritakan kembali oleh seorang mahasiswa jurusan pendidikan bahasa inggris, fakultas bahasa dan seni bernama Steren Kalalo, lewat tulisan berbentuk cerita singkat, berikut tulisannya.
Kemarin (4/12) saya duduk berdiskusi dengan seorang supir angkutan umum angkot yang juga adalah seorang pengurus Assoka dalam perjalanan ke Tataaran II. Percakapan panjang terjadi, mulai dari keluhan sampai kritikanpun di hentakan kewajah saya seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu yang tak pernah tersampaikan olehnya.
Dengan wajah nan teduh namun serius, orang tua berumur 30-40 tahun itu menyesalkan sikap dan jiwa Lembaga Mahasiswa UNIMA yang tidak Sosialis terhadap permasalahan pelik yang dialami Sopir Mikro dengan Transportasi berbasis Online Grab. "Jujur jo, klo ta mo bilang Lembaga mahasiswa UNIMA sama skali nyanda ada dpe Sosialis. Ngoni nyanda peduli dengan rakyat kecil sama dengan trng. Yang penting ngoni pe hidop di permudah, sudah! Ngoni so nemau peduli dengan hal-hal kecil sama deng torng." Singgung orang tua itu dengan nada tinggi.
"Contoh jo tu di bogor, Lembaga mahasiswa di sana Bela pa orang-orang miskin sama dengan torang. Dorang kase surat di mana surat itu menolak Grab dg Gojek mo maso. Dan itu berhasil. Karna apa? Dorang itu memang Idealis. Dorang sosialis! Dorang bela rakyat kecil sama dengan torang." Singgung Orang tua itu sembari membuat saya ingin mebela nama baik kelembagaan UNIMA.
Tak kunjung selesai kata pertama yang ingin melompat dari mulut dan melakukan pembelaan, orang tua ini pun langsung menyerempet lalu melanjutkan perkataannya "Lia jo waktu ada Mediasi klar mogok tuhari Di Polres. Waktu itu kan ngoni pe ketua BEM (universitas) ada di situ. Pas dpa kesempatan ba cerita, mana tre kg dia mo bela torang?! Malahan secara tidak langsung dia ba bela pa Grab." Singgung bapak itu, seraya membuka mata batin saya tentang bagaimana pandangan orang tua itu kepada Kami Pimpinan Lembaga Mahasiswa.
Tak jadi membela, seolah hati seperti terketuk oleh kesaksian orang tua ini sembari bertanya dalam sanubari "Benarkah apanyang orang tua ini sampaikan? Seburuk itukah citra lembaga kemahasiswaan di mata masyarakat Kecil?!."
Sejatinya, seorang mahasiswa bukan saja hanya menjadi seorang pelajar. Seorang mahasiswa seharusnya belajar bagaimana peduli dengan lingkungan sekitar, Peka tentang apa yang terjadi di masyarakat. Itu seharusnya. Tpi bagaimana kita bisa peka akan semua itu? Sementara kita sama sekali tidak peka seperti apa cerminan diri kita di mata masyarakat.
Lewat tulisan tersebut, Dia berharap kepada mahasiswa Unima agar meningkatkan kepedulian kepada sopir mikrolet, karena mereka juga sangat membantu mahasiswa dalam beraktifitas di kampus, dalam hal ini fasilitas trasportasi, semoga mahasiswa dapat memberikan sumbangsih ide untuk solusi yang lebih baik terhadap masalah sopir mikrolet dang transportasi online yang dianggapnya belum mendapat titik terang.
Qta nd stuju dg pmikiran sopir mikro, trg ja pilih grab/gojek krn ada alsan. Trg pilih grab bkn brrti trg nd fkir dg drg bgmna. Kg drg nda fkir dnk dg mahasiswa p kbutuhan leh? Sharusnya drg leh introspeksi diri, knp mahasiswa bnyk pilih grab? Ato drg sopir mikro tnya pa mahasiswa .
BalasHapusMahasiswa klo so ba cpt kg drg cari grab ntrn cpt dtg ato smpe d tjuan, tnpa mo singgh".
Dan bnyk alsan lainnya yg sopir mikro harus tau, bkn cma mo se slah tu grab broprasi d kampus ato ba fkir mahasiswa nd fkir dg drg p diri.
Rejeki nda akan lari kemana!
Bekerja dan Berdoalah!