Dinilai Tak Berguna, Gerung Kritik BEM Unima Lewat Surat Terbuka




SPSFBS_Tondano, senin (10/02), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Manado (Unima), lagi-lagi diterjang kritik. Kali ini kritikan untuk BEM berbentuk surat terbuka yang ditulis oleh Johanes gerung, yang kemudian diunggah ke media sosial facebook.

Surat terbuka tersebut merupakan kekecewaan terhadap BEM karena dinilai tidak berguna selama masa kepengurusan, BEM juga dinilai tidak memihak pada kepentingan mahasiswa namun cenderung berpihak pada kongkalikong dengan oknum birokrat campus yang merugikan mahasiswa.

"Sedari awal terbentuknya BEM UNIMA menuai kritik. Adalah sebuah kemunduran yang sangat  ketika pemilihan sekelas BEM UNIMA dilaksanakan dengan proses yang sangat-sangat jauh dari nilai-nilai demokrasi dan tak ada nilai edukasi untuk mahasiswa secara keseluruhan. Kata Demokrasi adalah pemerintahan Rakyat namum sampai hari ini pemimpin Lembaga ini tak pernah memikirkan kemaslatan rakyat itu sendiri. Berbagai kegiatan yang di laksanakan tak pernah memberikan impact besar bagi kemajuan kampus dan civitas akademika yang ada di dalamnya, bahkan mahasiswa pun terdegradasi dari pokok pembahasan dan pokok perjuangan. Kalian yang katanya duduk di lembaga Eksekutif berpaling memihak Rektorat. Ini didasari dari berbagai keputusan BEM UNIMA saat menjalankan pemerintahan yang katanya ada saat ini." Demikianlah penggalan surat terbuka yang viral melalui akun Facebook ini.

Tak hanya sampai di situ dalam suratnya, Pocil sapaan akrab Johanes Gerung mengungkapkan kerisauanya terkait pincangnya lembaga mahasiswa di tingkat tertinggi. Di mana BEM Unima terkesan super power tanpa adanya DPM yang mengawasinya. Hal ini juga sedikit menyinggung janji 100 hari kerja BEM Unima yang sempat menyegarkan  telinga civitas akademika salah satu kampus ternama di Sulawesi Utara ini. Akan tetapi berbanding terbalik setelah kekuasaan telah berada dalam genggaman. BEM Unima yang berjanji akan menuntaskan masalah pincangnya lembaga mahasiswa dengan mengawal terbentuknya DPM di tingkat universitas dalam kurun waktu 100 hari setelah dilantik, Nyatanya sampai tahun 2019 DPM Unima tak kunjung nampak.

Dalam suratnya Gerung juga mengkritik perihal habisnya SK Pengurus BEM Unima yang seharusnya telah selesai pada tahun 2018, tapi tak kunjung melaksanakan regenerasi sampai tahun 2019. Hal ini dipandang sebagai bentuk tutup mata dari pertanggung jawaban yang dilakukan oleh BEM Unima. Lembaga yang Dipimpin oleh Reflindo Loho ini juga dipandang terlena akan jabatan yang ada, juga hanya melakukan pencitraan semata tanpa melihat kondisi rakyatnya.

"Situasi yang gonjang-ganjing di dalam kampus UNIMA tak di akomodir oleh yang katanya Lembaga Eksekutif (BEM), bahkan terkesan Diam ketika nama besar kampus Biru tercoreng dengan Politik Praktis yang masuk di institusi pendidikan. Kalian hanya sibuk dengan kegiatan pencitraan soal sekolah Parlemen kampus di saat kalian sendiri tak mampuh menjalankan pemerintahan parlementer dalam kampus, ini sebuah kemunduran dalam berlembaga yang dipaksakan untuk sebuah eksistensi padahal dalam prakteknya kalian tak pernah bisa menjalankan pemerintahan yang baik. Bahkan dalam suasana  Periode yang telah usai kalian masih saja berjibaku soal eksistensi, apakah kalian tak malu sebagai seorang pemimpin.
Kegiatan ini adalah porsi legislatif yang tak pernah ada dalam kampus UNIMA sesuai isi janji 100 hari  BEM UNIMA ketika memangku jabatan. Kalian tak pernah memikirkan pokok kerja Lembaga kemahasiswaan Dan keperluan kampus dan hanya memiiirkan soal eksistensi semata. Mirisnya kampusku hari ini di tangan kaum oportunis seperti kalian".

Gerung juga menambahkan soal kegiatan parlemen kampus yang hanya dijadikan ajang pencitraan oleh BEM Unima dimana mereka seharusnya fokus pada regenerasi tapi malah membiarkan hal tersebut.

Bahkan Gerung terkesan membuka kembali permasalahan yang terkesan di biarkan oleh BEM Unima.

"Ku ingin membukakan mata kalian. Sudah cukup alibi dan kata retoris keluar dari mulut kalian yang didasari oleh egosentris pikiran soal kekuasaan. Apa kabar KPRM apa Kabar DPM dan Apa Kabar KBM pernah kah kalian berjuang soal ini.? Apa kabar Almamater, apa kabat UKT, apa kabar KKN dalam kampus.? Apa kabar Dana Kemahasiswaan.?? Tak kulihat semua ini hadir dalam perjuangan kalian yang katanya BEM UNIMA. Kalian hanya sibuk soal pencitraan semata di tengah masalah yang banyak tumbuh di dalam kampus tanpa ada rasa malu sedikitpun. Sungguh miris rasanya.!!!

Tak perlulah saya mengirimkan secara struktural kepada kalian soal Surat terbuka ini, karena memang secara pribadi saya tak pernah mengakui BEM UNIMA sedari awal dan bicara soal Periode yah kalian tau diri sedikitlah karena memang sudah habis masa jabatan jangan hanya karena Proyek semata kalian memakai lembaga Semua mahasiswa UNIMA ini".

Dalam postingan surat terbuka ini telah banyak dilihat oleh civitas akademika kampus biru, ikut juga berkomentar Fricy Rumintjap yang tidak bukan adalah Ketua BEM FMIPA, dalam komentarnya Fricy terkesan mendukung surat terbuka tersebut. "Bukan cmn pencitraan diri tapi kepemihakan dan pembelaan terhadap "bisa dikatakan 1 kampung" yang nyatanya tidak layak". Ujar ketua BEM Definitif Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Sampai berita ini turun Reflindo Loho selaku ketua BEM Unima periode 2017/2018 tidak memberikan komentar apapun. SPS FBS Unima sendiri telah mengkonfirmasi langsung melalui pesan Whats App tapi Loho terkesan bungkam.

Komentar

  1. poker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
    ayo di kunjungi agen AJOQQ :D

    BalasHapus

Posting Komentar