SPS FBS UNIMA - Memasuki usia dua dekade, Sanggar Seni Toar Lumimuut (SS Tolu) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Manado (UNIMA) menggelar pagelaran budaya yang mengusung tema "Esa Lalan Esa Toroan." Acara ini diadakan di Gedung Kuliah Bersama (GKB) UNIMA, pada Jumat (05/07/2024).
"Yang artinya satu jalan satu tujuan. Tema ini dipilih untuk mencerminkan harapan SS Tolu agar tetap mempertahankan solidaritas dan berjalan bersama-sama guna mencapai tujuan memperjuangkan kebudayaan," jelas Jovanca Kawun, Sekjen SS Tolu FBS UNIMA.
Acara dimulai sekitar pukul 19.30 WITA, meski dijadwalkan pada pukul 16.00 WITA. Jovanca mengungkapkan bahwa keterlambatan ini disebabkan oleh tantangan dalam persiapan acara.
"Persiapannya memerlukan usaha yang cukup keras. Seperti kegiatan lainnya, pasti ada kendala yang sedikit menghambat. Namun, semangat para pelaksana tidak surut untuk menyukseskan acara besar ini," tambahnya.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Frangky Sampouw, salah satu pendiri SS Tolu, dan sambutan dari Plt. Ketua BEM FBS UNIMA, Oktavianus Wereh.
Terdapat juga sesi diskusi yang mengangkat isu "Tantangan Kebudayaan: Seni, Tradisi, dan Artificial Intelligence (AI)." Diskusi ini melibatkan tiga pembicara: Frans Eka Dharma Kurniawan dari Partai Buruh, Satriano Pangkey dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Manado, dan budayawan Iswan Sual.
Setelah diskusi singkat, acara dilanjutkan dengan pementasan yang dinantikan. Sanggar Seni Masayouu dari Tombatu, Monolog "Marsinah Menggugat" dari SMART Teater SMA Negeri 3 Tondano, Pentas Teater "Tudung Hitam Kuasa Ganda" dari SS Tolu, dan pementasan lainnya yang memukau penonton.
"Walaupun sederhana dan penontonnya tidak banyak karena kampus sedang libur, acara ini berlangsung meriah dan berkesan," ungkap Zhyelomitha Leticia, salah satu tamu undangan.
Villareal Mamengko, penonton lainnya, menambahkan, "Saya sangat bangga melihat pementasan yang mengangkat nilai-nilai budaya Minahasa, serta pesan sosial dan kritik politik yang disampaikan SMART Teater. Saya berharap acara seperti ini bisa terus dilestarikan."
Penulis: Marhaeny Tinggogoy, Feibe Mewengkang
Editor: Imanuela
Komentar
Posting Komentar