SPS FBS UNIMA - Setelah melalui perjuangan panjang, Alvito Frederik dan Jeuneva Rampengan dari Fakultas Bahasa dan Seni berhasil meraih gelar Nyong dan Noni UNIMA dalam ajang Pemilihan Nyong Noni UNIMA 2024, yang dilaksanakan pada Kamis, (21/11/2024) lalu.
Dalam wawancara yang dilakukan, Alvito mengungkapkan rasa syukur dan bangganya setelah terpilih menjadi Nyong UNIMA.
“Awalnya, saya ikut program ini karena dorongan dari teman-teman. Tapi puji Tuhan, saya bersyukur bisa dipercayakan untuk mengemban tugas ini,” ujar Alvito.
Ia juga menambahkan bahwa kemenangan ini merupakan kebanggaan sekaligus tanggung jawab besar, terutama karena dirinya mewakili Fakultas Bahasa dan Seni (FBS).
Di balik keberhasilan ini, Alvito, yang juga merupakan mahasiswa aktif semester 3 di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, mengakui tantangan yang dihadapi selama seleksi.
“Dari coaching kampus selama dua minggu hingga karantina satu minggu, semuanya benar-benar menguras tenaga dan mental. Mental dan fisik kita benar-benar diuji, namun Puji Tuhan bisa ada sampai di titik ini,” ungkapnya.
Ia juga memberikan motivasi kepada mahasiswa lainnya untuk ikut serta dalam kegiatan ini, “Kami yakin setiap orang memiliki potensi hebat yang bisa dikembangkan bersama,”
Sebagai Nyong UNIMA 2024, Alvito dengan optimis menyampaikan rencana ke depan serta harapannya agar ikatan Nyong dan Noni semakin kompak dalam melaksanakan program-program yang membangun Universitas.
“Kami sudah merancang beberapa program untuk satu tahun ke depan, dan berharap semua itu bisa berjalan dengan baik, namun tentu saja semua itu butuh topangan dari teman-teman sekalian” katanya.
Sementara itu, Jeuneva Rampengan, yang terpilih sebagai Noni UNIMA 2024, menyebutkan bahwa ini adalah kesempatan untuk membawa nama baik Universitas.
“Menjadi Noni UNIMA 2024 adalah kehormatan besar bagi saya. Saya percaya ini bukan karena hebat dan kuat saya pribadi melainkan karena kebaikan Tuhan Yesus” ungkapnya.
Jeuneva juga mengakui bahwa dirinya menghadapi banyak tantangan selama kegiatan ini. “Ada momen yang membuat saya hampir menyerah di tengah proses ini. Namun, dukungan dari teman, keluarga, dan rekan-rekan finalis membantu saya untuk terus mengingat tujuan saya,” ujarnya.
Sebagai mahasiswa aktif semester 5 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, ia berharap dan berpesan agar teman-teman mahasiswa tidak takut untuk mencoba, karena setiap orang memiliki kelebihan dan potensi yang mungkin saja belum terlihat.
“Kompetisi ini bukan hanya tentang menang, tapi tentang perjalanan menemukan diri sendiri, belajar, dan bertumbuh. Saya harap program ini bisa menjadi wadah inklusif dan menginspirasi semua mahasiswa untuk berani melangkah dan bersinar,” tutupnya.
Penulis: Veltiana/Hutri
Editor: Imanuela
Komentar
Posting Komentar