SPS FBS UNIMA — Kebersihan serta keadaan fasilitas di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Manado (Unima) masih menghadapi persoalan yang serius. Jumlah tempat sampah yang terbatas, kerusakan pada toilet, dan beberapa ruang kelas yang tidak memiliki aliran listrik mencerminkan kondisi Kampus Ungu saat ini.
Berdasarkan hasil pengamatan tim SPS FBS Unima menunjukkan bahwa keterbatasan tempat sampah menyebabkan lingkungan sekitar, baik di dalam maupun di luar ruangan, dipenuhi sampah yang dibuang sembarangan. Beberapa ruangan di gedung fakultas dan jurusan tampak berdebu, kumuh, serta tidak terawat. Sejumlah toilet tidak berfungsi dengan baik, tidak memiliki pasokan air bersih, bahkan dalam kondisi kotor dan dibiarkan begitu saja. Selain itu, beberapa ruang kelas tidak memiliki aliran listrik dan lampu yang berfungsi, bahkan ada pula yang tidak dilengkapi bohlam sama sekali.
Selain itu, masih ada sejumlah ruang kelas yang menggunakan kursi berlabel “IKIP” yang semestinya sudah diganti dengan yang baru. Beberapa meja tampak rusak, jendela tidak lagi memiliki kaca, dan beberapa ruangan kelas dibiarkan terbuka tanpa dikunci, sehingga menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan.
Seorang mahasiswa berinisial JW menyampaikan keluhannya mengenai kondisi kampus.
Menurutnya, fasilitas di Kampus Ungu sangat memprihatinkan, toiletnya kotor dan tidak memiliki titik tempat pembuangan sampah yang jelas sehingga tampak seperti tidak terurus. Banyak kursi berantakan, ruang kelas terlihat tidak rapi karena kurangnya petugas kebersihan. Ia menduga petugas hanya membersihkan area gedung fakultas utama saja. Selain itu, toilet tidak memiliki air, papan tulis dalam kondisi buruk, dan aliran listrik hanya tersedia di beberapa kelas. Lampu banyak yang tidak berfungsi, jendela rusak, serta masih terdapat kursi bertuliskan “IKIP” yang sudah sangat tua.
“Saat melihat tulisannya saja sudah jelas menunjukkan betapa lamanya kursi tersebut digunakan,” ujar JW saat diwawancarai pada, Selasa (07/10/2025).
Mahasiswa tersebut juga mempertanyakan persoalan dana dan ketimpangan akreditasi kampus yang sudah terakreditasi unggul melalui Surat Keputusan BAN-PT Nomor 2732/SK/BAN-PT/Ak/PT/IX/2025.
“Untuk memperbaiki semua ini dibutuhkan dana. Pertanyaannya dana pada ke mana sekarang? Kampus juga sudah terakreditas unggul, mestinya bisa untuk pengadaan dan perbaikan fasilitas,” tambahnya.
Sementara itu, dari pihak fakultas mengakui bahwa permasalahan kebersihan menjadi salah satu kendala utama.
Menurut penjelasan Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum, Amelia G. Y. Sompotan, S.Pd., M.Hum., saat ini Fakultas Bahasa dan Seni hanya memiliki tiga petugas kebersihan. Namun, dua di antaranya telah diangkat menjadi pegawai P3K, sehingga hanya tersisa satu orang yang masih aktif bekerja.
“Tenaga kebersihan tidak sebanding dengan jumlah gedung yang harus dibersihkan. Pihak fakultas sudah berkoordinasi dengan kantor pusat untuk menambah tenaga cleaning service, namun hingga kini masih menunggu proses dari pihak tersebut,” jelas WD Sompotan saat diwawancarai tim SPS pada, Selasa (07/10/2025).
Ia juga menuturkan bahwa sejumlah fasilitas tengah menjalani proses perbaikan.
“Toilet di lantai satu fakultas saat ini sedang diperbaiki. Di bawah juga ada ruang micro-teaching di gedung di bawah itu (Gedung Jurusan Bahasa Prancis dan Jerman) masih dalam tahap penyelesaian akhir. Sementara fasilitas lainnya masih diperbaiki secara bertahap, karena pihak fakultas hanya mengajukan, yang memproses semua itu dari kantor pusat. Semua kebutuhan, termasuk tempat sampah, sudah diajukan, dan tinggal menunggu saja,” ungkapnya.
Terkait masalah sampah, ia menjelaskan bahwa pihak fakultas telah berupaya melakukan pembersihan.
"Memang untuk saat ini, sampah-sampah yang ada di sini sudah berkali-kali saya sampaikan untuk dibersihkan. Tetapi juga... tidak mungkin jika dipaksa terus-menerus. Karena saat ini sudah tidak bisa untuk menggali lubang untuk buang sampah, harus ada kendaraan sampah," jelas WD Sompotan.
Sementara itu, Miss Rae, salah satu dosen di FBS, berpendapat bahwa persoalan kebersihan juga berkaitan dengan tingkat kesadaran mahasiswa itu sendiri.
“Masalah kebersihan sebaiknya dimulai dari mahasiswa. Saat berkumpul atau nongkrong, jangan membuang sampah sembarangan atau meninggalkannya di tempat duduk. Saya berharap kesadaran untuk menjaga lingkungan dimulai dari diri sendiri. Selain itu, jumlah tempat sampah juga perlu ditambah, karena sering kali orang enggan membuang sampah pada tempatnya jika lokasinya terlalu jauh,” ujarnya.
Permasalahan kebersihan dan fasilitas di FBS Unima sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi lingkungan Kampus Ungu sering menjadi keluhan, baik dari mahasiswa maupun dosen. Minimnya jumlah petugas kebersihan, keterlambatan dalam pengadaan fasilitas, serta kurangnya kesadaran sivitas akademika untuk menjaga kebersihan menjadi faktor yang saling berhubungan. Meskipun pihak fakultas menyatakan bahwa beberapa perbaikan masih “dalam proses”, diharapkan pihak universitas dan fakultas dapat segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Editor: Marcello
Komentar
Posting Komentar